Pages

Tuesday, April 29, 2014

UN 2014 dan Unek-Uneknya

Haaaaiiiiii~
Aduh aku benci kalau harus menggunakan kalimat "sudah lama tidak blogging", jadi kali ini aku mau pakai kalimat "sudah lama sejak UN berlalu". *ups aku memang lama tidak blogging dari sebelum UN ehe.

Tidak perlu basa-basi, langsung saja ke unek-unek yang mau kuceritakan. Ini semua tentang Ujian Nasional tahun 2014. Pasalnya UN tahun ini memang sangat di luar dugaan, kalau menurutku malah diluar nalar! Menurutku itu soal OSN! Eh tapi waktu 2013 aku pernah ikut seleksi OSN fisika, soalnya gak sesulit itu malah. Aku sempat menduga-duga ini soal perkuliahan, tapi ternyata setelah UN selesai, ada kabar bahwa itu soal INTERNASIONAL! Well yeah. Seharusnya kalau mau begitu ganti dulu namanya, bukan Ujian Nasional tapi Ujian Internasional!

Aku benar-benar heran dengan pihak "berpendidikan" yang mengatur perihal pendidikan di Indonesia. Apasih yang mereka inginkan? Meningkatkan standarisasi? Menguji kemampuan siswa? Atau mempersulit siswa? Ok, pasti jawabannya yg pertama atau semacamnya. Tapi menurutku, standarisasi pendidikan di Indonesia itu sudah bagus. Pelajaran yang kami terima sebagai siswa SMA di Indonesia sudah bisa dipastikan lebih sulit daripada yang diterima siswa SMA di kebanyakan negara(mungkin ada beberapa yg lebih sulit, hanya beberapa). 

Tapi kenapa mereka terlihat lebih unggul? yang membuat siswa sana lebih unggul adalah mereka dapat mempraktikan apa yang mereka pelajari. Sedangkan kita tidak, karena kita hanya belajar seputar teori, teori dan sedikit sekali praktikum. Karena di Indonesia praktikum tidak masuk Ujian Nasional. Kalau ingin menyamakan dengan standar sekolah-sekolah internasional, bukan begini caranya. Tanpa kita tahu-menahu soal UN yang disodorkan adalah soal taraf internasional, sedangkan selama ini kita belajar dari DETIK yang dari tahun ke tahun selalu sejalan dengan soal UN, kecuali tahun 2014 ini. Uh!

Ada banyak unek-unek lain, tapi aku takut terbawa emosi. Salah satunya tentang tingkat kesulitan soal yang tidak sama. Bagaimana bisa 20 paket soal berbeda memiliki tingkat kesulitan yang sama, benar-benar sama. Pasti ada beberapa soal yang lebih sulit atau malah lebih mudah. Aku mungkin salah satu dari yang mendapat soal sulit. Walaupun sulit mudahnya soal itu relatif. 

Untuk lebih banyak unek-unek, aku baru baca "Surat Terbuka untuk Bapak Menteri Pendidikan: Dilematika Ujian Nasional" karya Nurmillaty Abadiah, siswi SMA yang baru mengikuti UN seperti aku. Aku setuju dengan dia! Love her writing so much! Dia mewakili seluruh suara siswa/siswi SMA. 

Tapi di situ aku juga jadi kesal dengan komentar Bapak "berpendidikan" yang dituju. Beliau tidak percaya kalau itu tulisan anak SMA, dengan alasan tulisannya terlalu bagus, mustahil ditulis anak SMA. HELLOO! Aku sedih, secara tidak langsung beliau memperlihatkan ketidak tahuan beliau mengenai prestasi siswa di bidang non-akademik, tulis menulis. Coba lihat, sudah banyak siswa SMA yang menang karya tulis ilmiah remaja, dan tidak kalah banyak siswa SMA yang sudah menulis novel dan diterbitkan oleh penerbit ternama.

Aku siswi SMA dan aku suka dunia tulis menulis, jadi aku percaya kalau itu asli tulisan Nurmillaty. Kelihatan jelas perbedaannya orang yang sering menulis dengan orang yang jarang menulis. Nurmillaty jelas sekali terlihat sering menulis, dari susunan kalimatnya yang apik, dan bahasanya yang halus. Apa Bapak "berpendidikan" itu merasa bahasanya terlalu baku? Hello again. Aku suka menulis dari SMP, dan saat menulis cerpen pun aku menggunakan bahasa yg baku. Aku baru sadar saat SMA, aku dapat komentar dari teman, "Prim, cepenmu bagus, tapi bahasanya baku amat". Maka dari itu sekarang aku tidak menggunakan bahasa yang terlalu baku lagi dalam menulis cerpen.

Nah wajar 'kan, Nurmillaty menulis dengan begitu baku, karena jelas saja, dia ingin menulis surat untuk Bapak "berpendidikan". Masa' iya Nurmillaty menulis dengan bahasa gaul dan kalimatnya acak-acakan untuk Bapak 'berpendidikan". Beliau juga pasti malah tidak akan mau membaca yang seperti itu 'kan. Ah sudahlah aku bingung dan semakin emosi.
"Indonesia ingin penerus bangsanya berpendidikan dan berbudi pekerti luhur, tetapi pendidikan di Indonesia mempersulit penerus bangsa itu sendiri dan membunuh budi perkerti luhur mereka secara tidak langsung."
Apa salah mendengarkan kata hati kami? Apa salah jika kami ingin mendapat keadilan? Apa salahnya sekedar mengoreksi diri? Apa salah kami? Kenapa kami yang selalu salah dan "orang dewasa" selalu benar? Kami memang hanya siswa/siswi SMA tapi kamilah yang nantinya menggantikan posisi kalian. Jujur saja, akui kesalahan, perbaiki sebisanya, maka dunia akan damai, ahahahaha :")

*semoga Allah bersama dengan orang-orang jujur

3 comments:

  1. How to Play the Baccarat Game: Rules, Strategy, and Variations
    The Baccarat game is a casino game choegocasino by chance. The game involves betting on the dealer's exact and 바카라 winning hand. The odds are usually in งานออนไลน์ the

    ReplyDelete