Alhamdulillah, rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata begitu melihat kotak hijau di pengumuman snmptn tanggal 27 Mei kemarin. Hari yang paling ditunggu oleh semua anak kelas 12 SMA. Hari di mana bnyak yang update status "Degdeg-an" "Bismillah" "Semoga beruntung" dsb. Hari di mana tanggal di kalender berwarna merah, tetapi tempat lesku NF tetap masuk.
Jadi dari malam tanggal 26 Mei, aku masih melototi lepi, melihat timeline dengan kata kunci pencarian 'snmptn'. Karena katanya, pengumuman snmptn sudah bisa diakses tanggal 27 Mei 2014, pukul 00.00. Aku memang penasaran, makanya masih bangun. Tapi aku sudah punya niat untuk melihat pengumumannya nanti saja, setelah lihat teman-teman yang lain. Aku takut kecewa. Jadi aku hanya melihat-lihat obrolan orang-orang tentang snmptn.
Paginya, hal yang sama kulakukan lagi. Melototi lepi, melihat timeline dengan kata kunci pencarian 'snmptn'. Banyak yang menunggu jam 12.00, karena pada saat itu web snmptn baru bisa diakses. Tapi aku tidak. Aku sudah punya niat untuk bukanya nanti saja, sepulang les. Karena aku takut hasilnya akan mempengaruhi kejiwaanku, dan pasti les pun tidak akan konsentrasi *cess sok-sokan ya.
Jadi, sambil ditanyai oleh Mama dan adek-adekku tentang hasilnya, aku malah bersiap-siap pergi les. Sebelum benar-benar pergi les, Bapak yang saat itu ada di Malang, menelpon, ya pastinya bertanya bagaimana hasilnya, karena saat itu sudah pukul 12.00. Aku bilang ke Bapak bukanya mau nanti aja, takut, lagian aku mau les. Bapak tetap penasaran dan malah menanyakan NISN dan passwordku. Tetaplah tidak kuberi tahu, aku tetap pada pendirianku, bukanya nanti saja setelah les. Selain Bapak, banyak saudara-saudaraku menelpon Mama, menanyakan hal yang sama seperti Bapak. Kebetulan dari keluarga Bapak atau Mama, aku satu-satunya yang kelas 12 SMA.
Begitu aku siap berangkat les, aku di-bm teman-teman yang sudah membuka hasil snmptn. Mereka bertanya hal yang sama lagi. Aku pun menjawab dengan jawaban yang sama "Aku mau les, bukanya nanti sepulang les" tapi dengan tambahan, "Kamu gimana?". Jawaban dari mereka membuatku sedih, "gak lolos" "belum beruntung".
Di antara teman-temanku, ada juga bm dari sahabatku. Kukira dia akan lihatnya nanti belakangan, sama sepertiku, tapi ternyata dia langsung melihat setelah sholat dzuhur (Aku sendiri saat itu sedang tidak sholat). Dia kirim aku capture-an hasil snmptn, gambarnya tidak begitu jelas, tapi kotaknya berwarna merah. Tapi dari caption yang dia tulis, aku tahu kalau dia tidak lolos snmptn. Sahabatku, yang memilih universitas sama denganku, tidak lolos.
Saat itu aku sedang di angkot, rasanya campur aduk, ingin menangis tapi tidak ingin memberi drama pada penumpang angkot lainnya. Ada pemikiran, jangan-jangan aku tidak lolos juga. Aku takut. Tiba-tiba, angkot yang kunaiki menurunkanku di tempat sebelum tujuanku. Aku kesal, karena aku buru-buru, tapi malah diturunin seenaknya. Lalu tiba-tiba muncul pemikiran lagi, aduh apa ini pertanda buruk? Aku tahan amarahku, karena takut segala sesuatu menjadi semakin buruk.
Aku jalan ke NF, begitu sampai di NF, kak Agus(kakak administrasi NF Simpang) sedang berdiri. Aku langsung bertanya "Kak, hari ini NF gak libur kan, ya?". "Enggak, gak libur" jawab Kak Agus. Langsung saja aku berjalan cepat masuk ke kelas. Tiba-tiba Kak Agus berkata, "Diambil gak?"
"Hah? Apa, Kak?"
"Diambil gak?"
"Apanya yang diambil, Kak? Snmptn?"
"Iya"
"Belum lihat, Kaaaak"
"Udah keluar kan hasilnya, udah dilihatin tuh" (sambil nunjuk ke komputer admin NF)
"Eh? Apa? Maksudnya kakak udah lihatin hasil anak-anak NF semuanya?"
"Iya udah semua"
"EEEEHHH?! Stop kak! Jangan kasih tahu saya! Dadaah" (langsung lari ke kelas)
Ternyata kelas masih kosong, aku orang pertama yang datang. Pasti pada lihat hasil snmptn dulu, begitu pikirku. Aku duduk, mengerjakan soal-soal TH Bahasa Indonesia, tapi sambil masih kepikiran kata-kata Kak Agus tadi. Lalu satu per satu teman-teman les datang, saling bertanya bagaimana hasil snmptn, dan aku ikut sedih. Di tengah pelajaran aku dapat sms dari sahabatku yang satu lagi. Dia bilang tidak les, dan dia bilang dia tidak lolos snmptn. Semakin sedih dan takutlah aku di situ.
Begitu pelajaran Bahasa Indonesia selesai, ada jeda istirahat sebentar. Tiba-tiba Kak Agus masuk, "Gimana? Pada dapet gak? Baru Primadhika doang ya yang dapet". Eeeeeeh?! Maksudnya? Teman-teman yang duduk didekatku langsung meluk aku, "Uwaaah Prima selamat ya!". Sementara aku masih diam, tidak percaya. Mataku berat, mau nangis, tapi air matanya tertahan. Tiba-tiba teringat dua sahabatku dan teman-temanku. Aku jadi tak enak. Les pelajaran berikutnya pun aku tidak konsentrasi. Pembahsan Kimia hanya numpang lewat di kepalaku. Pikiranku penuh dengan rasa tak percaya.
Akhirnya pelajaran kimia itu selesai dan ditutup dengan hamdallah. Aku masih diam di tempat duduk dan mengobrol sekenanya dengan teman-teman les. Sebelum akhirnya pamit untuk melihat hasil snmptn di komputer NF.
"Kak, saya mau lihat hasil snmptn dong, kakak gak bohong kan?"
*Kak Agus cuma senyum sambil buka tab baru untuk cek snmptn
"Kak, saya dapet pilihan pertama atau keduanya ditutupin ya, cuma mau lihat ijo-ijonya aja"
"Ijo-ijo?" Kak Ikhsan nimbrung
"Iya, kan kata temen, kalau muncul warna ijo itu lolos, kalau warnanya merah itu gak lolos, ehe"
Setelah loading yg cuma sebentar(di saat tegang seperti ini internetnya malah super cepat, jadi kurang dramatis), aku langsung lihat kotak berwarna hijau dengan nama lengkapku di atasnya. Eh? Apa itu tulisan panjang di bawahnya? Teknologi Industri Pertanian? Aduh sekali baca itu, langsung lemes. Itu pilihan pertamaku. Alhamdulillah.
Kebetulan tumben di NF Simpang ada Kak Rosyadi (guru matematika tapi aku belum pernah diajar beliau). Kak Ros ikut melihat dan ikut mengucap syukur, "Alhamdulillah keterima Brawijaya ya, Dek? Itu pilihan keberapa?". Tanpa sadar aku menjawab, "Alhamdulillah pilihan pertama, Kak. Kebetulan kurang sreg sama pilihan keduanya".
Pilihan keduaku Agribisnis, bukannya terpaksa memilih itu tapi karena menurutku itu mirip-mirip TIP, sama-sama ke arah ekonomi. Agribisnis juga biasanya kerja di bank, oke itu alasanku.
Pulang NF, aku menyebrang dengan sangat hati-hati ke Aditoys dan berdoa segala macam saat naik ojek. Aku mendadak takut sendiri karena punya pikiran, udah dapet universitas jangan sampai malah kenapa-kenapa a.k.a celaka. Biasanya kan kalau di sinetron itu habis senang-senang, eeh pasti dapet musibah, naudzubillah.
Ojek yang kutumpangi turun tidak pas di depan rumahku, aku jadi ingat kejadian aku berangkat naik angkot tadi. Sebelas-dua belas sama ojek pulang. Begitu turun dari ojek dan jalan ke rumah, aku lihat Mama baru mau keluar rumah. Langsung aku samper, udah niat mau buat kejutan.
Entah seperti apa wajahku saat itu, Mama langsung bertanya dan berasumsi sendiri, "Gimana dapet gak? Yaudah kalau gak dapet jangan sedih". Eh? Mama kok seperti ngeremihin aku sih? Uuh di situ muncul ideku untuk nerusin ketidak-tahuan Mama. Aku hanya menjawab, "Nanti lihat hasilnya bareng-bareng ya, Ma".
Di rumah aku pinjam laptop Sinta untuk buka web snmptn, memasukkan password sambil berdoa, semoga hasilnya tidak berubah. Sekali lagi kulihat kotak hijau dengan nama dan jurusan yang masih sama. Lalu tidak lama, Mama pulang, aku langsung minta Mama naik ke kamarku.
"Ma, apa pun hasilnya aku tetep anak Mama kan?"
"Iyalah, Nak. Gapapa, masih ada jalur lain, berjuang sampai titik darah penghabisan"
"Mama, aku sayang Mama"
"Iya Mama juga sayang Mbak Rima"
Begitu kuputar laptopku ke arah pandang Mama, aku langsung menangis, "Ini hasilnya, Ma". Jeda beberapa saat, "Aku lolos, Ma".
Mama langsung mengucap syukur dan menangis, aku bisa lihat Mama gemetaran. "Alhamdulillah ya, Rim! Ini rejekimu! Rejeki, Rim! Mama seneng banget". Mama langsung memelukku, dan kita pun menangis bersama.
"Iya Ma, tapi tadi Mama ngeremehin aku"
"Enggak, Mama gak ngeremehin, Sayang. Habis mukamu sedih gitu tadi"
"Sedih apanya, itu aku senyum-senyum kok, tapi ya terharu lah. Mama ngeremehin aku"
"Iya maafin Mama ya, Nak"
"Temen-temenku banyak yang gak lolos, Ma"
"Iya? Cucu gak dapet?"
"Enggak, Ma"
"Tsaltsa?"
"Enggak juga"
"Ghina? Nadya? (semua yang Mama inget namanya disebut)"
......
......
"Aku udah buat Mama bahagia kan?"
"Iya Mama bahagia banget, rejeki dari Allah ini. Mama mau telpon Bapak, pasti bapak udah penasaran dari tadi"
Mama pun turun ke bawah, dan Dio, adik laki-lakiku satu-satunya, masuk ke kamarku. "Wiih keren, diterima UB ya? Selamat ya". Tumben saat itu Dio tidak menghindar saat kupeluk.
Lalu Sinta naik saat Dio turun dan mengatakan hal yang sama. "Selamat ya" katanya, dan kita juga berpelukan. Lalu dia menanyakan teman-temanku yang lain. Aku langsung teringat kedua sahabatku dan teman-teman baikku. Mereka jalannya belum lewat snmptn. Waspada yang lolos snmptn hanya tiga orang termasuk aku.
Setelah itu aku bm-an sama Bapak, Bapak katanya sampai nangis denger kabar dari Mama.
Tanggal 27 Mei ini ditutup dengan terbelinya 6 tiket pesawat ke Surabaya pada tanggal 14 Juni. Sedikit kalap mungkin, tapi kata adek-adekku sekalian liburan. Tumben-tumbenan Bapak mau beli tiket tanpa pikir panjang. Walau pada akhirnya Mama dan Sinta tidak jadi ikut.
Intinya beberapa hari setelah itu sampai satu bulan lebih, Bapak jadi super baik. Entah ada angin apa. Aku belanja onlen ini itu boleh, main game sampe larut malam boleh, minta anter kemana-mana boleh, mendadak juga jadi royal. Tapi kalau aku jalan-jalan pasti ditanyain, "Kamu di mal sama siapa? Awas kalau sama Cucu". Untungnya udah beberapa hari ini aku sendirian ke mal, "Sendiri kok, emang kenapa kalau sama Cucu?". Bapak langsung jawab "Jangan ganggu Cucu belajar buat sbm". Uuuh terharu aku sama Bapakku.
Tak lama setelah hari-hari aku ke mal sendirian, Tsaltsa minta ditemani ke mal untuk beli sepatu buat Papanya. Kebetulan Bapak nelpon, dan aku bilang lagi di mal sama Sasa, eeh aku dimarahi. "Ngapain lagi kamu ke mal? Jangan ganggu Tsaltsa belajar buat sbm. Blabla".
Aku sayang Keluargaku pokoknya. Di saat susah atau senang, keluarga selalu ada. Semangat buat yg belum jalannya di snmptn. Pasti selalu ada jalan menuju sukses :)