(source: quotefancy.com) |
Klasik.
Aku sering dengar kata-kata itu.
Yep that sentence is right, but I have a long thought on that.
Kalimat itu seringkali diucapkan oleh sebagian besar orang di dunia. Hmm, menurutku sebagian itu hanya 1/3 orang di dunia. Jadi sebagian orang itu (sebutlah kubu A) biasanya bilang begitu pada orang yang kurang cantik, sekedar untuk menyenangkan hatinya. Dulu aku suka-suka aja denger itu, tapi semakin lama semakin sering mendengarnya aku jadi berpikiran lain. Oh, jadi aku gapapa gak cantik asal hatinya cantik? Jadi orang yang cantik itu hatinya gak cantik? Jadi aku sama sekali gak boleh cantik? Jadi bolehnya mempercantik hati gaboleh mempercantik wajah? Dan banyak lagi. Berhati-hati lah mengatakan kalimat ini pada anak-anak yang kritis, untung aku dulu pasif, ahaha.
Lalu ada lagi 1/3 orang lainnya (kubu B) yang tidak mengatakan kalimat tersebut dan terang-terangan bersikap diskrimintatif, yaitu hanya baik pada orang cantik. Mungkin tanpa kalian sadari kalian termasuk di dalam kubu B. Banyak orang tidak sadar akan perilaku diskriminasinya terhadap orang yang cantik dan kurang cantik. Aku punya beberapa contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari
Contoh 1
Ada 2 orang cewek naik angkutan umum, yang satu cantik dan yang satu kurang cantik.
Pertama, si cewek cantik turun,
Cewek 1: "Kiri, Bang!"
Supir : "Siap Neng~ Di jembatan ya?"
Cewek 1: "Iya, Bang"
Supir : "Ati-ati kepalanya pas turun, Neng"
Cewek 1: (ngasih uang gede)
Supir : "Gaada uang kecil Neng?"
Cewek 2: "Gak ada, Bang"
Supir : "Waduh bentar ya kembaliannya" (nyiapin kembaliannya lama dan bikin macet)
Cewek 1: "Makasih"
Supir : "Sama-sama, Neng~"
Kedua, si cewek kurang cantik turun,
Cewek 2: "Kiri, Bang!"
Supir : ...
Cewek 2: "Kiri, Bang!" (lebih keras karena dikira gak denger)
Supir : "Iya, Neng! Iya! Denger kok"
Cewek 2: "Maaf, Bang, kirain gak denger"
Supir : "Cepetan turunnya Neng! Ada polisi! Uang pas ya!"
Cewek 2: "Ini Bang, Makasih" (turun cepet-cepet, ngasih uang pas)
Supir : wuuussh (langsung cuss gitu aja, padahal ternyata gaada polisi)
Contoh 2
Ada sekumpulan cowok lagi ngobrol, terus dateng 2 temennya, satu cantik dan satu kurang cantik.
Ketika yang cantik menyapa,
Cewek 1: "Hai semua!"
Cowok 1: "Lah ngapain kamu gabung? Hahaha"
Cowok 2: "Males ih ada kamu. Hahaha"
Cowok 3: "Kenapa bukan cewek cantik sih yg nyamperin kita. Hahaha"
Cowok 4, 5, dst semuanya bercanda seakan tidak senang padahal senang.
Ketika yang kurang cantik menyapa,
Cewek 2: "Hai semua!"
Cowok 1: "Oh Hai!"
Cowok 1: "Oh Hai!"
Cowok 2: "Halo (panggil nama)!"
Cowok 3, 4, dst semuanya menjawab ramah tapi tidak ada candaan sama sekali padahal barusan bercanda dengan cewek 1 di depan cewek 2.
Ketika mereka mau pulang, (sebut aja cewek 1= X dan cewek 2=Z"
Cewek 1 dan 2: "Eh udah malem nih, kita pulang dulu ya"
Cowok 1: "Lho gak baik cewek malem pulang sendirian, aku anter X ya"
Cewek 1: "Terus Z gimana?"
Cowok 2: "Kamu anter Z aja, aku anter X"
Cowok 3: "X aku aja yg anter, kosan aku searah"
Cowok 1, 2, 3 dst seakan rebutan anter cewek cantik dan lempar-lemparan seakan gamau anter cewek kurang cantik. Padahal kos cewek cantik dan cewek kurang cantik itu berdekatan.
Lalu, karena tidak suka mendapat perlakuan diskriminasi, orang yang kurang cantik itu berusaha untuk menjadi cantik. Melakukan perawatan wajah sewajarnya, belajar make up sedikit, dan lebih memperhatikan penampilan. Akhirnya orang itu menjadi sedikit cantik berkat usahanya. Kubu B pun berhenti melakukan diskriminasi dan baik padanya. Tetapi kubu A malah jadi tidak suka dan merasa orang itu hanya mencari perhatian dari kubu B. Kubu A menganggap orang itu tidak bersyukur atas wajahnya sendiri sehingga perlu melakukan perawatan dan menutupinya dengan make up. Kubu A tidak akan pernah mengerti bagaimana perasaan orang itu sebenarnya, karena selama ini kubu A hanya mengenal orang-orang yang dari lahir sudah cantik dan sampai tuanya cantik alami. Tidak semua orang terlahir dengan berkat seperti itu, dan orang yang terlahir dengan berkat itu tidak semuanya dapat menjaganya.
Mungkin bagi kalian ini terkesan alay, lebay, dan baper. Tapi ini lah yang terjadi di sekitar kita tanpa kita sadari. Kita sering mendengar atau melihat, orang-orang berusaha menyenangkan hati orang lain dengan berkata "Cowok gak lihat dari fisik kok, kan cantik itu dari hati". Kemudian kita lihat orang yang mengatakan itu punya pacar cantik dan semua mantannya cantik-cantik. Kita juga sering mendengar atau melihat, orang-orang menyenangkan orang lain(atau dirinya sendiri) dengan berkata "gapapa gak bisa make up, gak perawatan, kan orang lebih suka yang natural". Kemudian kita lihat orang yang mengatakan itu memang sudah cantik dari lahir dan wajahnya bukan tipe yang mudah jerawatan, jadi tidak butuh perawatan.
Jadi di mana yang orang bilang "cantik hatinya"? Iya, maksud kalimat itu baik. Biar orang lebih mementingkan kecantikan hati dari pada wajah. Tapi cara kebanyakan orang mencernanya itu salah. Ada orang yang salah mencernanya dengan tidak mempedulikan penampilannya karena menganggap hati lebih penting, sehingga ia tidak merawat dirinya dan penampilannya tidak rapi. Padahal secantik-cantiknya hati adalah kesan pertama yang kita berikan pada orang lain. Yang menilai cantik tidaknya hati kita itu orang lain kan? Menurutku kita berpenampilan rapi itu juga sebagai bentuk bahwa kita menghargai orang yang akan kita temui, bukan berarti sebagai bentuk kita yang ingin dihargai. Paham gak? Jangan dibalik lho ya, hehe :)
Aku nulis ini random banget, cuma karena lagi bosen di rumah. Terus mau upload foto di instagram, eh tiba-tiba gak pede. Gak pede sama fotonya, gak pede sama diri sendiri, dan terutama gak pede sama pikiran orang yang bakal lihat fotoku mengganggu di timeline nya. Aku sering kayak gitu. Sebenernya pemikiran ini udah lama ada di kepalaku, tapi gak kepikiran menuangkannya dalam tulisan. Kalau boleh jujur, aku pernah mengalaminya. Kurang lebih semua yang kutulis. Aku pernah mengalaminya dan melihat orang lain mengalaminya. Semuanya terlihat begitu alami dan tidak ada yang memperhatikan(atau tidak peduli). Oh ya ada 1/3 orang lagi yang belum disebut. Sebagian lagi itu kubu C, yang dari awal sampai akhir tidak menunjukkan suka atau tidak suka, karena tidak peduli, tetapi tetap memperhatikan agar bisa berbaur jika sewaktu-waktu bertemu kubu A atau B.
***
Pikiran panjang ini bermula dari sebuah pikiran pendek yaitu, "Dandan dibilang sok cantik, gak natural, gak bersyukur. Eh gak dandan dibilang jelek, gak bisa ngerawat wajah".
***
No offense yaa (tidak bermaksud menyinggung siapa pun). Mungkin ini pendapat randomku aja, kalau ada yg gak setuju boleh banget unggapin pendapatnya sendiri, tapi gausah sampai berantem ya hehe.